Proses Penemuan Ilmu Pengetahuan

Proses Penemuan Ilmu Pengetahuan

Pengembangan dan perkembangan ilmu pengetahuan disyaratkan dan memutlakkan adanya kegiatan penelitian. Tanpa penelitian itu ilmu pengetahuan tidak dapat hidup.
“Ilmu itu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernahlangsung didapat di alam sekitar. Lewat obserfasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai, kemudian digolongkan menurut kelompok tertentu, sehinggadapat digunakan”.
Memang penelitian merupakan suatu tugas agar bangunan ilmu pengetahuan tidak kabur, haruslah ada struktur, sistematik atau metode serta tujuan yang jelas.
Pada pokoknya kegiatan penelitian merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajkan pertanyaan-pertannyaan,dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran yang benar. Akan tetapi akan dinamis lagi penelitian akan berfungsi dan bertujuan inventif, yaitu terus-menerus memperbaharui kesimpulan teori yang telah diteima berdasarkan fakta-fakta dan kesimpulan yang telah ditemukan.tanpa usaha penelitian itu ilmu pengetahan akan berhenti, bahkan akan surut.[1]

A.    Pengertian Ilmu
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.[2]
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.[3]
B.     Pengertian Proses
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Proses juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu.[4]
C.     Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sering dipandang sebagai akumulasi pengetahuan yang sistematis. Memang ilmu pengetahuan dapat dan harus memperluas lmu pengetahuan akan tetapi hakikat ilmu pengetahuan yang utama adalah sebagai suatu metode pendeatan terhadap keseluruh dunia empiris, akni dunia kenyataan yang dapat dikenal manusia melalui pengalamannya. Ilm pengetahuan tidak bertujuan untuk menemukan kebenaran mutlak. Bagi ilmu pengetahuan bersifat sementara atau tentative yang dapat berubah bila ditemukan data baru misalnya dengan menggunakan alat-alat baru. Ilmu pengetahuan tidak mulai dari kebenaran mutlak seperti aksioma dan kemudian mencari hal-hal tertentu melalui deduksi. Ilmu pengetahuan adalah suatu metode analisis dan mengemukakan penemuannya dengan hati-hati dala bentuk “ jika-maka”.
Tujuan ilmu pengetahuan yang sebenarnya adalah untuk memahami dunia ini. Yang merupkan persoalan adalah apa yang dimaksud dengan “memahami”.[5]
D.    Proses Penemuan Ilmu Pengetahuan
Menurut Charles Peirce ada tiga Proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
1.      Apriori
Adalah penetahuan yang diperoleh dengan tanpa sengaja, seperti telah ditemukannya Tea Sekitar tahun 2373 SM, kaisar Shen Nung sedang merebus sebuah minuman panas. Tapi rupanya dia lupa menutup ketel air tersebut, sehingga tanpa sengaja angin meniup suatu daun di sekitar tempat tinggalnya dan masuk ke dalam ketel tersebut. Pada saat sang kaisar mau mengambil minuman itu, rupanya daun itu sudah bercampur dengan minuman tersebut dan mengeluarkan harum yang luar biasa dan saat dicoba rasanya sangat nikmat. Sejak saat itulah teh mulai beredar di China.
2.         Trial and error
Adalah coba-coba dengan menggunakan teori maupun tanpa teori (murni), yang hasilnya belum tentu salah atau benar. Penemuan coba-coba diperoleh tanpa kepastian akan memperoleh kondisi tertentu atau pemecahan masalah. Pemecahan masalah terjadi secara kebetulan dilakukan serangkaian usaha. Penemuan secara kebetulan sering tidak efisien dan terkontrol.[6]
3.         Otoritas
Otoritas adalah penetahuan yang diperoleh dengan adanya kita menerima sangat banyak pengetahuan sebagai kebenaran baik dari agama, budaya dan pemerintah bukan karena kita sudah mengeceknya tetapi karena itu dijamin oleh pihak yang berwenang. Contohnya adalah ketika Saya menerima tanpa bertanya bahwa Canberra adalah ibukota dari Australia, kecepatan cahaya adalah 186,281 mil per detik, dan perang di Waterloo terjadi pada tahun 1815. Saya merasa tidak perlu untuk memverifikasi fakta-fakta ini, saya merasa lebih baik berlatih untuk mempelajari tabel logaritma. Saya melakukannya karena saya menemukannya dalam ensiklopedia dan pekerjaan lain yang ditulis oleh para ahli. Jika saya ingin mengetahuinya, sebagai informasi, apa itu Cubism atau apa itu hukum gerak Newton, saya mencari Cubism dan Newton dalam ensiklopedia. Jika aku ingin mengerti Cubism atau Mekanika Newton, saya harus berlatih prinsip-prinsip keduanya. Ketika saya tidak menemukan kembali Cubism atau mekanika, tetapi saya berpikir melalui prinsip-prinsip dasar Cubism atau mekanika sampai saya mengerti prinsip-prinsip tersebut. Saya memahami Cubism ketika saya melihat sasaran hasil yang artistik yang Cubists. Saya memahami hukum gerak Newton ketika saya melihat penalarannya dan kesimpulan yang menjadi tujuan serta bukti-bukti. Apa yang saya benarkan, bagaimanapun, adalah pengetahuan hukum gerak Newton yang telah ditetapkan secara ilmiah bersifat pengetahuan empiris. Jadi, Dengan demikian istilah "pengetahuan autoritatif" lebih psikologis dibanding epistemologis. Itu menandakan bukan sifat alami mereka yang saya ketahui tetapi cara mereka memberi tahu kepada saya. Pengetahuan autoritatif menunjuk bukan kepada produk-produk budaya, tetapi kita sebut pengetahuan seperti yang ditempuh oleh produk-produk yang sesuai. "Pengetahuan autoritatif" dibentuk oleh pengetahuan bahwa saya menerima dari otoritas seseorang. Sejauh ini kita sudah mempertimbangkan beberapa kategori-kategori yang berbeda dari  pengetahuan yang telah lalu.
4.         Penelitian (riset)
National Science Foundation (1956) memberikan pengertian bahwa riset itu adalah usaha pencarian secara sistematik dan mendalam untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas dan lebih sempurna tentang subyek yang sedang dipelajari. Uraian yang lebih jelas kiranya dapat diperoleh dari uraian Sutrisno Hadi (1978) sebagai berikut: riset berarti usaha menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan secara ilmiah. Penelitian didefinisikan sebagai: “Suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah”[7]
5.          Intuisi
Intuisi adalah penemuan ilmu pengetahuan yang didapat secara tiba-tiba, istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya. Namun tidak semua intuisi berasal dari kekuatan psi. Sebagian intuisi bisa dijelaskan sebab musababnya.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang berada dalam jajaran puncak bisnis atau kaum eksekutif memiliki skor lebih baik dalam eksperimen uji indera keenam dibandingkan dengan orang-orang biasa. Penelitian itu sepertinya menegaskan bahwa orang-orang sukses lebih banyak menerapkan kekuatan psi dalam kehidupan keseharian mereka, hal mana menunjang kesuksesan mereka. Salah satu bentuk kemampuan psi yang sering muncul adalah kemampuan intuisi. Tidak jarang, intuisi yang menentukan keputusan yang mereka ambil.[8]
Sampai saat ini dipercaya bahwa intuisi yang baik dan tajam adalah syarat agar seseorang dapat sukses dalam bisnis. Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak buku-buku mengenai kiat-kiat sukses selalu memasukkan strategi mempertajam intuisi.[9]
E.     Jenis-jenis Pengetahan
Pengethuan itu menurut Soejono Suemargono (1983) dapat dibagi menjadi dua:
1.    Pengetahuan nonilmiah
Pengetahuan nonilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk kategori ilmiah. Hal ini termasuk juga pengetahuan yang meskipun dalam babak terahir direncanakan untuk diolah lebih lanjut menjadi pengetahuan ilmiah, yang biasanya disebut dengan pengetahuan prailmiah.[10] Sedangkan pendekatannya dilakukan dengan:
a.       Akal sehat
Akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagan konsep untuk penggunaan secara praktis dalam memecahkan suatu masalah. Langkah ini sering digunakan oleh orang awam dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga walaupun akal sehat ini sering benar tetapi dapatpula menyesatkan.
b.      Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Hal demikian itu sering menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung mempersempit pengamatannya karena diwarnai denga pengamatannya itu, dan cenderung ke arah pembuatan generalisasi yang terlalu luas.
c.       Otoritas ilmiah dan kewibawaan
Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya berpendidikan tinggi dan dianggap mempunyai keahlian dibidang ilmu tertentu.
Otoritan kewibawaan adalah orang-orang yang dipilih atau dianggap sebagai pemimpin  masyarakat, karena mereka mempunyai karisma.
d.      Penemuan kebetulan dan coba-coba
Penemuan kebetulan dan coba-coba lebih didasarkan atas tindakan yang bersifat untung-untungan. Walaupun merupakan sikap untung-untungan, namun banyak menghasilkan manfaat, seperti Hukum Newton dan penemuan Kina sebagai obat malaria.
e.       Pendekatan intuitif
Langkah ini didapat melaluiu proses yang cepat tanpa disadari atau terpikir terlebih dahulu. Pencapaian pengetahuan seperti ini sukar dipercaya sebabtidak terdapat langkah-langkah yang sistematis dan terkendali. [11]
2.    Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan Ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berfikir yang khas yaitu metodologi ilmiah. Pengetahuan ragamni pada umumnya disebut ilmu pengetahuan.[12] Untuk dapat berfikir ilmiah dan dapat diterima oleh akal haruslah melalui tiga tahapan yaitu:
a.       Skeptic
Adalah  upaya untuk selalu menanyakan bukti-bukti atau fakta-fakta terhadap setiap pernyataan. Dapat juga diartikan sebagai sikap mempertanyakan terhadap pengetahuan, fakta, atau pendapat / keyakinan yang dinyatakan sebagai fakta,  atau ragu mengenai klaim yang diambil untuk diberikan di/dari tempat lain.[13]
b.      Analitik
Adalah kegiatan untuk selalu menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapi, mana yang relefan, dan yang menjadi  masalah utama dan sebaginya.
c.       Kritis
Adalah berupaya untuk mengembangkan kemampuan menimbangnya selalu obyektif. Untuk ini maka dituntut agar data dan pola pemikiranya selalu logis.[14] Kemampyanberfikir yang dimiliki oleh manusi atelah banyak menghasilkan kebenearan baik yagn bertolak dari pengalaman maupun  yang melampui dan mengatasi pengalaman. Kebenaran itu diungkapkan melalui proses berfikir rasional, kritis dan logis dalam proses berfikir itu seseorang yang menghadapi masalah, berusaha mengalisanya dengan mempergunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya untuk sampai pada pemecaan yang  terbaik atau tepat.[15]

DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusutan Skripsi, Jakarta: PT. Reneka Cipta, 2005
Bakker, Anton. Zubair, Ahmad Charris. Metodologi Penelitian Filsafat, Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 1990
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Nawawi, Hadari. Metote Penelitian Sosial, Yogyakarta: gajahmada University Press, 2007
Usman, Husaini. Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009
Nasutian. metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
http://id.answers. yahoo.com/ question/ index? qid= 20100613235107 AAX7MyM, diakses pada 18 September 2013
http://tugasteknikmesin. blogspot. com /2011 /12 /definisi –ilmu -pengetahuan. html diakses pada 18 September 2013
http://id.wikipedia. org /wiki /Intuisi (psikologi) diakses pada 20 September 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Prasangka diakses pada 20 September 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Skeptisisme, diakses pada 20 September 2013






[1] Anton Bakker, Ahmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 1990), 11.
[4] http://id.answers. yahoo.com/ question/ index? qid=20100613235107AAX7MyM, diakses pada 18 September 2013
[5] Nasutian, metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2-3.
[6] Husaini usman, purnomo setiady akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 2.
[8] Abdurrahmat, Metodologi, 4.
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Intuisi_(psikologi), diakses pada 20 September 2013
[10] Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 30.
[11] Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 7-9.
[12] Surajio, Filasafat Ilmu, 31.
[13] http://id.wikipedia.org/wiki/Skeptisisme, diakses pada 20 September 2013
[14] Cholid Narbuko, Metodologi, 6-7.
[15] Hadari Nawawi, Metote Penelitian Sosial (Yogyakarta: gajahmada University Press, 2007), 17.

1 komentar:

Posting Komentar