Perbedaan Antara Akhlaq, Etika, Moral Dan Susila

Perbedaan Antara Akhlaq, Etika, Moral Dan Susila


Tertanamnya akhlak dan pendirian pada manusia merupakan suatu hal yang menentukan bagaimana seseorang itu memiliki corak hidup. Akhlaq, moral, etika dan susila merupakan tindakan yang didasarkan atas nilai muthlaq kebaikan. Tiap perbuatan yang dilandasi dengan ke empat hal tersebut adalah jawaban yang tepat terhadap tingkah laku kita. Tapi sebaliknya, jika setiap perbuatan yang tidak dilandasi dengan ke empat hal tersebut adalah pelangaran yang menentang terhadap tingkah laku kita.
Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan mencoba menguraikan tentang apa yang dinamakan akhlak, etika, moral dan susila. Agar di dalam berbuat sesuatu, kita dapat mengetahui mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan ke empat hal tersebut.

PEMBAHASAN

A.    Akhlaq
Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlaq” berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufrodnya خلق yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[1]
Menurut ibnu athir dalam bukunya an-nihayah menerangkan bahwa hakikat makna khuluq ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedangkan khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (yaitu yang berhubungan dengan jasad/badan).[2]
Menurut abd. Hamid Yunus akhlaq adalah
الاخلاق هي صفاة الانسان الادابية
akhlaq ialah segala sifat manusia yang mendidik.”[3]
Adapun untuk definisi akhlak secara istilah adalah sebagai berikut
1.      Menurut ibnu miskawaih, yang dimaksud dengan akhlaq adalah
حال للنفس داعية لها الى افعالها من غير فكر ولاروية
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”[4]
  
2.      Menurut Imam Al-Ghazali, yang dimaksud dengan akhlaq adalah
فالخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر ورؤية
“Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).”[5]
3.      Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, yang dimaksud dengan akhlaq adalah
عرف بعضهم الخلق بأنه عادة الارادة يعنى ان الارادة اذا اعتادت شيئا فعادتها هي المسماة الحق
“Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlaq ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlaq.”[6]
Menurut beberapa pengertian di atas, ilmu akhlaq itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a.       Menjelaskan baik dan buruk.
b.      Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta bagaimana cara kita bersikap antar sesama.
c.       Mmenjelaskan mana yang patut kita perbuat.
d.      Menunjukkan jalan lurus yang hendak kita lewati.[7]
Dari beberapa pengertian di atas juga dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
a.       Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribbadiannya
b.      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
c.       Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d.      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena sandiwara.
e.       Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas ssemata-mata karena Allah.[8]
Berdasarkan beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlaq, maka dapat dipahami bahwa objek (lapangan/sasaran) pembahasan ilmu akhlaq itu ialah tindakan-tindakan seseorang yang dapat di berikan nilai baik atau buruknya, yaitu perkataan dan perbuatan yang termasuk ke dalam kategori perbuatan akhlaq.[9]

B.     Etika
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa latin, etos, yang berarti kebiasaan. Berasal dari bahasa yunani, yaitu ethos yang memiliki pengertian adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Dalam kajian filsafat, etika merupakan bagian dari filsafat yang mencakup meta fisika, kosmologi, psikologi, logika, hukum, sosiologi, ilmu sejarah dan estetika.[10]
Dari  pandangan filosofis Epikuros, dapat di ambil suatu pemahaman tentang arti etika, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai tindakan manusia yang menurut ukuran rasio dinyatakan  dan diakui sebagai sesuatu yang subtansinya paling benar. Kaidah-kaidah kebenaran dari yindakan digali oleh akal sehat manusia dan distandardisasi menurut ukuran yang rasional, seperti sumber kebenaran adalah jiwa, nilai kebenaran jiwa itu kekal, segala yang tidak kekal pada dasarnya bukan kebenaran subtansial.[11]
Pandangan yang berhubungan dengan pengertian etika di atas, dapat diambil sebagai suatu pemahaman bahwa etika adalah cara pandang manusia tentang tingklah laku yang baik dan benar, dan dari cara pandang itu dapat digali dari beberapa sumber, kemudian dijadikan sebagaio tolak ukur bagi suatu tindakan dengan pendekatan yang rasional dan filosofis.[12]
Dari bebearapa definisi etika tersebut, dapat diketahui bahwa etika berhubungan dengan 4 hal sebagai berikut
1.      Dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
2.      Dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
3.      Dari segi fungsinya etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
4.      Dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni  sesuai dengan tuntutan zaman.[13]

C.    Pengertian Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin “mores” kata jama’ dari “mos” berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa indonesia, moral diterjemahkan dengan arti tata susila. Moral adalah perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat. Moral merupakan istilah tentang perilaku atau akhlak yang diterapkan kepada manusia sebagai individu maupun sebagai sosial.
Sidi gazalba mengatakan, moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan yang wajar. Untuk itu dia, menyimpulkan bahwaa moral itu adalah suatu tindakan yang sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.[14]
Fran magnis suseno menjelaskan bahwa kata moral selalu mengacu kepada baik buruknya sebagai seorang manusia. Bidang moral adalah kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.[15]

D.    Pengertian Susila
Susila atau juga sering disebut kesusilaan, berasal dari kata susila yang berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “su” yang berarti baik dan “sila” yang berarti dasar, prinsip peraturan hidup atau norma.[16]
Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.[17]
Susila dapat pula berarti sopan, beradap, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

E.     Pebedaan Akhlak, Etika, Moral Dan Susila
Peredaan antara akhlak, etika, moral dan susila adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moran dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara umum  dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah berdasarkan al-Qur’an dan al Hadits.
Perbedaan lain antara etika, moral, dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian akhlak, etika, moral dan susila tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Etika, moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.[18]
Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batas-batas umum, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat. Dengan kata lain penjabaran etika, moral dan susila akan tetap sejalan apabila tetap mengedepankan akhlak.[19]



DAFTAR PUSTAKA
AR, Drs. Zahrudin. M.M.Si dan Hasanuddin S. 2004Pengantar Studi AkhlakJakarta : PT. Raja Grafindo.
Haris, Dr. Abd. 2010. Etika Hamka. Yogyakarta : PT. LkiS Printing Cemerlang.
Mustofa, Drs. H. A. 2007. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia.
Nata, Prof. Dr. H. Abiddin, M.A. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada,.
Saebani, Drs. Beni A., M.Si. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung : CV Pustaka Setia.





[1]Zahrudin AR. M.M.Si dan Hasanuddin S, Pengantar Studi Akhlak(Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004), h. 1
[2] Ibid. 2
[3] Ibid. 3
[4]H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung : CV Pustaka Setia, 2007), h. 12
[5] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung : CV Pustaka Setia, 2007), h. 12
[6] Ibid. 13
[7]Zahrudin ARdan Hasanuddin S, Pengantar Studi Akhlak(Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004), h. 1
[8] Abiddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2009)
[9]Zahrudin AR.dan Hasanuddin S, Pengantar Studi Akhlak(Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004), h. 1
[10]Beni A. Saebani, Ilmu Akhlak (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), h. 26
[11] Beni A. Saebani, Ilmu Akhlak (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), h. 27-28
[12] Ibid. 30
[13] Abiddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2009)
[14] Abd. Haris, Etika Hamka (Yogyakarta : PT. LkiS Printing Cemerlang, 2010), h. 33
[15] Ibid. 34
[16] Abiddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 94
[17] Ibid. 95
[18] Abiddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 95
[19] Ibid. 96

2 komentar:

Riska Ananda mengatakan...

Penjelasannya sangat lengkap Jasa Pembuatan Website Toko Online serta layanan Jasa Pembuatan Website Penjualan Online dan
Jasa Pembuatan Online Shop
Grosir Jilbab Murah - Jilbab Segi Empat Terbaru dan Jilbab Instan Terbaru serta Jasa Pembuatan Website Murah serta Buat Toko Online Murah

paul ivan mengatakan...

Moral adalah pedoman umum yang dibingkai oleh masyarakat. Misalnya Kita harus berbicara kebenaran. Sebaliknya, etika adalah respons terhadap situasi tertentu, Misalnya Apakah etis untuk menyatakan kebenaran dalam situasi tertentu?

Posting Komentar